Sabtu, 12 Maret 2011

Belive me !

Whenever I see your face the world disappears,

All in a single glance so revealing.

You smile and I feel as though I've know you for years.

How do I know to trust what I'm feeling?

I believe my heart,

What else can I do?

When every part of every thought leads me straight to you.

I believe my heart.

There's no other choice,

For now whenever my heart speaks, I can only hear your voice

***

“I belive my heart” lagu Ducan James berbunyi dari hpku. Tandanya aku harus bangun dan memulai aktifitasku. Ya lagu itu lagu kesukaanku dan aku pasang untuk nada alarm di Hpku. Aku masih terbaring di atas kasur kamarku. Rasa ngantuk seolah enggan pergi. Dan mataku berat untuk di buka bahkan sekedar untuk melirik jam dindingku. Jarum jam menunjukkan pukul 4 pagi. Memang minggu-minggu ini aku harus lebih awal bangun karena ada agenda Ospek di Kampusku yang baru. Dan sebagai MaBa aku wajib untuk ikut. Aggrrr, aku benci minggu ini. Aku benci Ospek dan aku benci harus menghadiri ospek. Dalam benakku ospek adalah momok yang sangat menakutkan dan ingin aku hapuskan. Hingga terbesit cita-citaku, jika aku menjadi orang terpenting dalam dunia pendidikan, yang pertama aku lakukan adalah menghilangkan kata ospek dari dunia Universitas.

“Na buruan mandi !!”, teriak Ibu membuyarkan lamunanku.

“Ya bu”, sahutku.

Ragaku masih lemas karena semalam suntuk harus membuat penugasan ospek dan parahnya lagi ini akan berlangsung seminggu. Oh my God.

Kreeeekk, aku membuka pintu kamar dan jendelaku. Udara pagi serasa menusuk hingga kedalam tulang. Ternyata matahari sudah menampakkan wajahnya. Mataku sontak mengecil sebagai respon akan sinarnya yang mengenai tubuhku. Usai shalat Subuh aku siap untuk berangkat membawa tas ransel hijau pemberian ayah dan hasil karyaku yang aku buat semalam suntuk bersama Ibu. Perasaan takut akan duniaku yang baru menempel lekat dalam benakku. “Bagaimana nasibku nanti Ya Rab, bahkan aku tak mengenal siapapun disana, semua serba baru”

Tiiiiiinn tiiiiiiiiinn, bel motor kakakku telah memanggilku dan siap mengantar hingga kampus tercinta. Aku naik, mencoba menikmati pemandangan yang masih bebas polusi untuk sedikit mengurangi rasa takutku menghadapi ospek hari ini. Kakaku berjalan lambat. Sepuluh menit berlalu dan sampailah kedepan kampus sosial terinta. Kampus yang selama ini aku impi-impikan, hingga namanya penuh menghiasi tiap sudut dinding kamarku. Ya sejak SMA aku mencintai ilmu berbau sosial. Setelah mengembalikan helm dan berpamitan dengan kakaku aku masuk ke kampus dan mencari tempat bernama Taman Pancasila. Disanalah agenda ospek akan berlangsung. Aku berjalan membawa jas almamater biru berlambang Universitasku, Pemandangan yang langka. Semua hampir sama dengan aku. Mata mereka masih tampak sembab mungkin sama seperti aku, karena kurang tidur. Aku berjalan menuju tampan, namun sepertinya acara belum dimulai. Kulihat seorang wanita cantik berseragam sama seperti aku duduk di bangku taman depan dekanat. Aku menghampirinya dan mencoba berkenalan dengan dia.

“Met Pagii, boleh gabung?”sapaku.

“Iya, silahkan” jawabnya diiringi senyum manis pertanda dia menyetujui permintaanku.

“Perkenalkan aku Ana”, aku mecoba memulai pembicaraan dengan dia. Dan dia merespon dengan baik hingga aku ketahui dia bernama Era. Tanpa kami sadari ternyata aku dan Era satu kelompok dan mulai pagi itu kami menjadi sahabat.

Acara ospek telah dimulai. Kami berbaris dua banjar menurut kelompok kami. Era tetap setia di sampingku. Bosan kesan pertama yang aku rasakan di hari itu. Untuk mengisi kehampaan itu aku dan Era berbagi cerita tentang kehidupan kami masing-masing. Dan aku mulai merasakan adanya ikatan saudara antara aku dan Era.

***

Hari kedua ospek. Semalam aku telah janji ketemuan sama Era di dekat TamPan. Aku berjalan pelan memasuki gerbang kampus, belajar mengenal lingkungan baruku.

“Na… woyy…”, teriak seseorang dari sudut TamPan. Pandanganku beralih ke sumber suara itu. Dan tenyata Era sudah lama menunggu aku disana. Pagi itu mendung seperti hendak hujan. Angin begitu lebat dan membawa debu masuk ke mata kananku. Aku yang hendak berjalan menuju tempat Era berdiri, mendadak berhenti menabrak seorang lelaki. Melihat itu Era berlari membantuku. “Maaf.. Maaf.. aku tak melihatnya” aku mencoba berbicara pada lelaki itu meski aku tak melihat jelas parasnya karena mataku yang masih sakit.

“Maafkan temanku tak sengaja”, sahut suara perempuan yang aku sadari itu adalah Era.

“Iya mba, gak papa. Lain kali hati-hati ya”

“Iya maaf mas”, sahutku dengan tangan masih menutupi mataku yang perih.

Sekilas aku lihat bayangan seorang laki-laki lewat di depanku. Tak jelas memang, tapi aku sangat merasakannya.

Era menurunkan tanganku dan meniup debu yang menempel di mataku. Agak ringan setelahnya. Aku dan Era berjalan menuju TamPan karena acara ospek telah dimulai.

Detik demi detik, menit demi menit berlalu. Hari itu ku rasakan ada yang berubah dari Era. Dia sering melamun sambil tersenyum singkat seperti orang sedang jatuh cinta. Bahkan ceritaku banyak yang tidak dihiraukan olehnya. Siang itu aku lihat sorotan matanya tajam menuju arah seorang laki-laki yang duduk di barisan paling depan kelompok kita.

“What??” teriakku singkat menunjuk pemuda itu. Era kaget dan memandangi aku. Matanya mengisyaratkan seolah apa yang aku katakan itu benar. Namun Era tetap diam seribu bahasa.

Tak pernah Ia bercerita kepadaku tentang perasaannya, tapi aku yakin bahwa sahabat baruku sedang jatuh cinta.

Ospek berakhir, aku tahu bahwa kampusku dan Era terpisah jauh. Kami hanya saling kontak melalui dunia maya. Sesekali kami bertemu saat liburan akhir pekan.

Suatu malam aku membuka akun facebookku dan melihat DM dari seorang lelaki bernama Lucas.“Haii An, masih inget aku?”. Aku tak terlalu menghiraukannya yang aku tahu dari info di Akunnya dia adalah temanku satu kelompok saat ospek. “Teman ospek?”,jawabku singkat.

Sekilas membuka timeline dan email aku merebahkan badanku di kasur kamarku. Tak lama handphoneku berbunyi. Ada sms masuk “An, met malem.masih ingat aku?Lucas temen ospek”

Satu pesan dari pemuda itu membuka percakapan antara kami berdua. Perlahan aku mulai tahu dia. Dia ternyata adalah pemuda yang aku tabrak saat ospek dulu. Sedikit bersalah saat aku mengenang kejadian itu. Berawal dari pesan singkat malam itu aku mulai nyambung cerita ke dia. Lucas orang yang menyenangkan. Dari hari ke hari aku merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Lucas menjadi orang pertama yang menghiasi handphoneku. Dia juga orang pertama yang aku datangi saat aku dilanda masalah, karena tanpa aku sadari dia selalu bisa membuat aku tersenyum dalam suasana apapun.

Pertemuan kami tak hanya berhenti di sms. Ternyata aku dan dia memiliki banyak kesamaan. Kami sering bertukar pengalaman lewat dunia maya. Lucas adalah orang yang sangat pintar. Dia sangat mengerti tentang dunia sosial. Beberapa karyanya mengenai dunia sosial sangat menyentuh hatiku. Hingga dialah yang membuat aku tertarik untuk lebih menekuni bidang sosial, bidang yang aku cintai.

Suatu saat aku sangat-sangat butuh bantuannya untuk menyelesaikan tugasku. Dia satu kampus dengan Era. Aku meminta bantuan Era untuk menghubungi dia secara langsung karena aku Lucas memiliki bahan-bahan praktikum yang aku butukan. Lewat Era dia menitipkannya.

Suatu malam tak sengaja aku melihat status di akun jejaring sosial milik Era. Sepertinya dia sedang ada masalah. Segera aku mematikan netbookku. Mengambil handphone yang aku letakkan di meja dekat kasurku. Tak sengaja tangganku menjatuhkan gelas hingga pecah dan melukai kakiku. “Ya Allah pertanda apa ini”, batinku dalam hati. Air mataku mengalir dengan sendirinya tanpa aku perintah. Dan aku sadari, itu bukan karena luka yang diakibatkan oleh pecahan gelas. Rasa takut itu membuatku tak menghiraukan apa yang telah aku perbuat dengan gelas kaca itu.

Segera ku telfon Era. Dia tak bicara banyak di telfon hingga dia mengirim satu pesan berisi “Maafkan aku telah mencintai Lucas”. .Singkat dan cukup membuatku merasa sangat bersalah.

Selama ini sahabatku mencintai orang yang aku cintai. Dan bodohnya sebenarnya aku tahu bahwa Lucas juga mencintaiku. Malam itu aku tak tahu harus berkata apa. Aku merenung semalam. Tak ku hiraukan Hpku yang terus berbunyi. Kulihat sekilas ternyata Era dan Lucas yang mencoba menghubungi aku.

Lucas pernah menyadarkan aku bahwa pertemuan antara aku dan dia terjadi bukan tanpa sengaja. Aku sayang dia, dia sayang aku.Meski itu hanya terungkap dari dalam hati. Sepertinya keadaan berkata lain. Aku menyadari hidup adalah ketentuan dan pilihan. Ketentuan bahwa aku telah bertemu dan mencintai Lucas dan pilihan antara Lucas dan Era. Namun aku juga sadar bahwa persahabatan tidak terjalin secara otomatis. Tetapi membutuhkan proses yang panjang. Seperti besi menajamkan besi. Demikian sahabat menajamkan sahabat. Aku mencoba meyakinkan diriku untuk menghilangkan rasa yang aku berikan untuk Lucas. Semua demi persahabatan antara aku dan Era. Tak ada jalan lain. Mempunyai 1 sahabat sejati lebih berharga dibanding 1000 teman yang mementingkan diri sendiri. Meskipun tak mudah untuk melupakan baying-bayang Lucas dari hidupku. Sebenarny a Lucas tak mengetahui perasaanku. Tapi aku juga tak mau dia terlalu jauh mencintaiku, karena aku tak ingin membuat dia terluka dengan pilihan ini. Aku tahu cinta tak harus memiliki. Aku biarkan semua berjalan apa adanya. Yang pasti akan selalu ku sebut namanya dalam setiap doaku.

Jumat, 11 Maret 2011

Goa Cemara Beach

Bingung mau liburan kemana? hm.. Bagaimana dengan pantai? Sekalian promosi nih di kawasan Dusun Patihan Gedangsari Bantul Yogyakarta ada pantai yang terbilang masih baru. Namanya Pantai Goa Cemara. Cukup unik namanya. Bukan karena ada goa, tapi karena untuk menuju pantai ini, kita harus jalan melalui pepohonan cemara yang ranting-rantingnya membentuk seperti sebuah goa. Sangat menarik.Pantai ini terbilang masih steril. Belum cukup ramai dan masih bersih dari sampah. Pantai yang berpasir hitam ini memiliki daya tarik tersendiri. Mungkin karena masih baru, belum banyak penjual jajan atau makanan ringan di sini. Tempatnya cocok untuk barbequan bareng. Untuk barbequan bareng cukup dengan Rp 100rb (sewa tempat, parkir, air, kayu bakar, dan kebersihan). Bagaimana guy's?? Tertarik mengunjungi pantai ini. Jika anda tertarik untuk mengunjungi pantai ini, mari kita menjaga keasrian dari tempat ini sebelum terlambat. Selamat Liburan guy's. Salam

Goa Cemara

Pantai Goa Cemara

Selasa, 01 Maret 2011

Ilusi

Rasa ini abstrak

Membawa beribu arti untukku

Untuk berbagai pilihan aku dihadapkan

Rasa yang tak mungkin aku hindari

Andai aku bisa

Ingin aku memilih untuk jiwaku yang hampa

Hati kecilku tau yang terbaik untukku kelak,

Namun mengapa aku tak memilihnya

Apakah hati ini tahu

Bahwa diriku tak pantas memilikinya

Akulah bagian kecil dari dari beribu kaum Hawa

Sebagai bagian dari tubuh Adam

Aku ingin dicintai sepenuh hati

Bukan karna ragaku, tapi karna jiwaku

Karna jiwaku yang kosong

Aku ingin merasakan kehangatan dalam peluk sang adam

Ketahuilah aku adalah harta

Akupun ingin dijaga,

Meskipun aku bukan sesuatu yang berharga

Aku tak ingin disakiti

Aku tak ingin dilukai

Hanya harap yang ku bisa

Karna aku yakin semua kembali lagi padaNya...